Sabtu, 19 Januari 2013

Makalah Konstruktivisme


MAKALAH
INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dosen Pengampu : Muhammad Prayito







   Disusun Oleh :
Kelompok 1
1.      Bangkit Pambudi      11310055
2.      Anisa Amalia            11310083
3.      Nita Apriliyani         11310089
3B

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
 
 
KATA PENGANTAR
          Puji syukur  kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang model pembelajaran konstruktivisme.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan agar pembaca menberi saran dan kritik yang membangun demi perbaikan pada penyusunan makalah yang berikutnya. Dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada para pembaca.








Semarang, 20 September 2012


ii



DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................         i
Kata Pengantar ................................................................................         ii
Daftar Isi ..........................................................................................        iii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang .................................................................         1
B.   Rumusan Masalah ............................................................         2
C.   Tujuan Masalah ................................................................         2

BAB II PEMBAHASAN
A.   Perkembangan dan Definisi Konstruktivisme ....................         3
B.   Prinsip dan Karakteristik Konstruktivisme ........................         5
C.   Langkah – Langkah Konstruktivisme ...............................         10

BAB III PENUTUP
A.   Simpulan ..........................................................................         11
B.   Saran ................................................................................         11

DAFTAR PUSTAKA

iii
 
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pada abad ke XXI ini dunia terus mengalami perubahan terus menerus. Perubahan terus menerus terjadi untuk membentuk dunia ke arah yang lebih baik. Perubahan sangat dibutuhkan sekali. Semua yang ada didunia ini saling memiliki keterkaitan sehingga karena perubahan kecil dapat memberikan pengaruh yang besar bagi hal lain. Tidak heran ada pepetah mengatakan “Sedikit perubahan dapat memberikan pengaruh yang besar”. Pesatnya perkembangan zaman sampai sekarang terjadi karena setiap hari, setiap jam, sertiap detik  terjadi berbagai perubahan. Perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang menyebabkan dunia ini sangat bervariasi dan terdapat hal-hal yang menarik untuk diketahui. Berbaggia bidaai bidang yang mengalaimi perkembangan misalnya, bidang IPTEK, Bidang Penelitian, Bidang Kepemerintahan, Bidang Pendidikan dan berbagai bidang-bidang lainya.

Adanya berbagai perubahan ini bermuara pada suatu hal yaitu pada bidang Pendidikan. Bidang Pendidikn merupakan faktor mendasar dalam berbagai hal, tidak terkecuali pada perubahan yang terjadi di dunia ini. Terlihat sepele memang tapi semua bidang tidak  akan menngalami perubahan jika pada bidang Pendidikan sebagai hal yang paling mendasar dan paling pokok tidak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi dalam Bidang Pendidikan sangat beraneka ragam sekali. Misal, Perubahan peningkatan kualitas guru sebagai tenaga pendidik, Perubahan Sistem Pengelolahan Administrasi Pendidikan, Perubahan pada bidang Kurikulum. Kurikulum merupakan pokok terselenggaranya Pendidikan di Indonesia. Perubahan Kurikulum terjadi seiring dengan Tuntutan perkembangan zaman. Dalam Kurikulum sendiri terkandung berbagai hal yang terus mengalami inovasi yaitu Sistem Pengajaran atau Metode Pembelajaran. Dalam Makalah ini akan dibahas secara lebih spesifik mengenai Metode Pembelajaran dalam dunia Pendidikan.
  

1


2



A.   Rumusan Masalah
1.     Bagaimana Perkembangan dan definisi Konstruktivisme?
2.     Prinsip dan Karakteristik konstruktivisme?
3.     Bagaimana proses dalam penerapan Konstruktivisme?
B.   Tujuan Masalah
1.     Untuk mengetahui Perkembangan dan definisi Konstruktivisme
2.     Untuk mengetahui Prinsip dan karakteristik Konstruktivisme
Sebagai langkah menerapkan sistem konstruktivisme
 
 
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Perkembangan dan Definisi Konstruktivisme
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu pedagogus (paedagogia), dan dalam bahasa Latin paedogogus yang berasal dari kata paedos yaitu berarti anak dan agoge yang berarti saya membimbing atau memimpin. Dari paedagogues, pedagoga, paedagogogus kemudian muncul istilah pedagog yang berarti pendidikan. Pedagog yang berarti mendidik, pedagogia yang berati yang berarti perbutan mendidik, dan paedagogiek yang berarti ilmu pendidikan. Pendidikan dalam bahasa Inggris adalah  pedagog  yaitu the  study of educational goals and proceses (study tentang tujuan dan proses pendidikan).  Mendidik dalam bahasa Latin educare yang berasal dari kata e-ducare yang artinya menggiring keluar, yang dimaksud disini adalah permuliaan manusia (Drost 2000: 1).
Dari asal kata yang terkait dengan pendidikan diatas dapat dikelompokan ke dalam dua kategori (Komar, 2006: 45), yaitu: konsep pedagogic yang memiliki arti cara untuk mempengaruhi anak agar mencapai tingkat kedewasaan yaitu melalui pendidikan informal dan yang kedua adalah konsep education yang berarti cara memperoleh pengetahuan disekolah yaitu dengan pendidikan formal seperti pengajaran. Pendidikan fungsionalis menurut Poerbakawatja dan Harahap (1982: 115) adalah suatu usaha untuk menentukan struktur dari pendidikan atas dasar fungsi-fungsi  hidup dimasa sekarang dan masa depan. Dalam UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan selama ini terus mengalami pembaharuan untuk menciptakan berbagai metode yang berguna bagi perkembangan zaman untuk memenuhi tuntutan manusia yang semakin hari semakin bermacam dengan berbagai tipe. Tingkat kebutuhan ini menjadikan masyarakat melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Pada bidang Pendidikan sendiri mengandung berbagai bidang yang terus mengalami kemajuan, misalnya dalam bidang Pendidikan mengandung Kurikulum  yang terus berganti mengikuti tuntutan perkembangan zaman sehingga sistem Pendidikan mengalami Kemajuan, bidang lain misalnya Kualitas seorang Pengajar. Kurikulum yang berlaku sekarang ini merupakan bentuk terbaru dari pengembangan kurikulum Berbasis Kompetensi yang menekankan pada guru untuk semakin gencar berupaya menggairahkam kembali dunia Pendidikan khususnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Berbagai penelitian diadakan untuk memajukan dunia Pendidikan. Dalam Penelitian itu digunakan berbagai metode pendekatan misalnya metode Konstruktivisme.
3
 
 
4
 
Paradigama baru lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam mencari dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah peranannya, tidak lagi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi fasilitator yang membimbing siswa kearah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri (Zamroni: 2000).
Piaget (1973) dengan Teori Konstrktivismenya menyatakan bahwa setiap individu menciptakan makna dan pengertian baru, berdasarkan interkasi antara apa yang telah dimiliki, diketahui,dan dipercayai dengan fenomena, pendapat, atau informasi baru yang dipelajari. Menurutnya, setiap peserta didik membawa pengertian dan pengetahuan awal yang sudah dimiliki kedalam proses belajar yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbarui, direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang dijumpai dalam proses belajar. Secara umum konstrktivisme yaitu mendorong kolaborasi, kegiatan pendahuluan dan eksplorasi, dan menekankan pemecahan masalah otentik (Gupta, 2008).
Menurut Glasersfeld (1987) konstruktivisme sebagai ‘teori pengetahuan dengan akar dalam “filosofi, psychology, dan cybernetics”. Von Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi Pengetahuan. Ia melihat Pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktif menerima apapun melalui pemikiran sehat atau melalui komunikasi. Hal ini secara aktif terutama membangun pengetahuan. Sedangkan menurut Murpy(1997: 7) kontruktivisme terdiri dari suatu jaringan sesuatu hal dan berhubungan bahwa kita hidup bersandar pada hidup kita, and yang lain pun sama terhadapnya, kita percaya, orang lain juga bersandar juga. Dalam hal ini siswa menginterpretasikan dan membangun suatu kenytaan berdasarkan pada interaksi dan pengalamannya dengan lingkungannya.
Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap seseorang untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Adapun tujuan dari teori ini adalah:
a.       Adanya motivasi untuk seseorang bahwa belajar adalah tanggung jawab seseorang  itu sendiri.
b.      Mengembangkan kemampuan seseorang untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
c.       Membantu seseorang untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
d.      Mengembangkan kemampuan seseorang untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
 
 
5
 

A.     Prinsip dan Karakteristik Konstruktivisme
Belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental seseorang secara aktif, dan juga merupakan proses asimilasi dan menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-pengalaman yang dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya mengenai objek tertentu menjadi lebih kokoh. Semua pelajar benar-benar mengkonstruksikan pengetahuan untuk dirinya sendiri, dan bukan pengetahuan yang datang dari guru “diserap oleh murid. Ini berarti bahwa setiap murid akan mempelajari sesuatu yang sedikit berbeda dengan pelajaran yang diberikan (Muijs dan Reynolds, 2008:97).
Selanjutnya Muijs dan Reynolds (2008:97)  mengemukakan bahwa murid adalah konstruktor pengetahuan aktif yang memiliki sejumlah konsekuensi yaitu :
1.         Belajar selalu merupakan sebuah proses aktif.
Pelajar secara aktif mengkonstrusikan belajarnya daru berbagai macam input yang diterimanya. Ini menyiratkan bahwa belajar harus bersikap aktif agar dapat belajar secara efektif. belajar adalah tentang membantu murid untuk mengkonstruksikan makna mereka sendiri, bukan tentang “mendapatkan jawaban yang benar” karena dengan cara seperti ini murid dilatih untuk mendapatkan jawaban yang benar tanpa benar-benar memahami konsepnya.
2.         Anak-anak belajar paling baik dengan menyelesaikan berbagai konflik kognitif (konflik dengan berbagai ide dan prakonsepsi lain) melalui pengalaman, refleksi dan metakognisi (Beyer, 1985)
3.         Bagi konstruktivis, belajar adalah pencarian makna. murid secara aktif berusaha mengkonstruksikan makna. Dengan demikian, guru mestinya berusaha mengkonstruksi berbagai kegiatan belajar di seputar ide-ide besar eksplorasi yang memungkinkan murid untuk mengkonstruksi makna
4.         Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata. Belajar juga dikonstruksikan secara sosial, melalui interaksi dengan teman sebaya, guru, orang tua, dan sebagainya. Dengan demikian yang terbaik adalah mengkonstruksikan siatuasi belajar secara sosial, dengan mendorong kerja dan diskusi kelompok
5.         Elemen lain yang berakar pada fakta bahwa murid secara individual dan kolektif mengkonstruksikan pengetahuan. Agar efektif guru harus memiliki pengetahuan yang baik tentang perkembangan anak dan teori belajar, sehinggga mereka dapat menilai secara akurat belajar seperti apa yang dapat terjadi
6.         Belajar selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak mempelajari fakta-fakta secara abstrak, tetapi sealalu dalam hubungannya dengan apa yang telah kita ketahui.
 
 
6
 

1.         Belajar secara betul-betul mendalam berarti mengkonstruksikan pengetahuan secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi dan menengok kembali materi yang kita pelajari dan bukan dengan cepat pindah satu topik ke topik lain. Murid hanya dapat mengkonstruksikan makna bila mereka dapat melihat keseluruhannya, bukan hanya bagian-bagiannya
2.          Mengajar adalah tentang memberdayakan pelajar, dan memungkinkan pelajar untuk menemukakan dan melakukan refleksi terhadap pengalaman-pengelaman realistis. Ini akan menghasilkan pembelajaran yang otentik/asli dan pemahaman yang lebih dalam dibandingkan dengan memorisasi permukaan yang sering menjadi ciri pendekatan-pendekatan mengajar lainnya (Von Glaserfelt, 1989). Ini juga membuat kaum konstruktivis percaya bahwa lebih baik menggunakan bahan-bahan hands-on daripada tekxbook

Suparno (1997) mengidentifikasi 3 prinsip kontruktivisme dalam belajar yakni sebagai berikut:
a.          pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial,
b.         pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pengajar kepada pebelajar, kecuali dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar,
c.          pengajar sekedar membantu pebelajar dengan menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pebelajar berlangsung secara efektif dan efisien.

Sedangkan Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks dalam The case for constructivist classrooms. (1993) menawarkan lima prinsip kunci konstruktivist teori belajar. Menurutnya terdapat lima panduan prinsip konstruktivisme:
­  Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan siswa.
Dalam banyak contoh, masalah style Anda mengajar mungkin akan menjadi relevan dengan selera untuk para siswa, dan mereka akan mendekatinya, merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka.
­  Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama
Mendorong para siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang menyeluruh/utuh ke dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari mulai dengan bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu yang "menyeluruh/utuh."
 
 
7
 

­  Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan siswa sebagai jendela memberi alasan mereka.
Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap siswa, sering mengancam banyak siswa. Maksudnya adalah bahwa sering para siswa di dalam kelas yang secara tradisional mereka tidak bisa menduga serta menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas yang diadakan. Mereka harus betul-betul "masuk" dan ”sibuk” ikut mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan melalui petanyaan-peranyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan.
­  Prinsip 4. Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan siswa.
Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai, adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep berikutnya
­  Prinsip 5; Nilai hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.
Geser atau ubah peniaian itu harus benar-benar sedang menilai apa yang benar-benar sedang terjadi saat penilaian itu. Berlangsung, dan jangan sekali-kai menilai itu dalam kebiasaan skor yang diperoleh seseorang dari waktu ke waktu. Ekspresi Anda bisa bervariasi, kadang-kadang optimis, periang, namun sesekali bisa pesimis, sedih, maupun marah. Namun peru diingat marahnya seorang guru dalam kerangka sedang mendidik, dalam konteks pembelajaran, bukan marah mengekspresikan kekesalan.

Ketiga prinsip di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Dalam hal ini, Funston (1996) lebih spesifik mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi proses belajar tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka secara umum  ada empat prinsip dasar konstruktivisme dalam pembelajaran :
1.         Pengetahuan terdiri atas konstruksi masa silam
2.         Pengkonstruksian pengetahuan terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi.
3.         Belajar merupakan suatu proses organic penemuan lebih dari proses mekanik yang akumulatif.
4.         Mengacu pada mekanisme yang memungkinkan terjadinya perkembangan struktur kognitif. Belajar bermakna, akan terjadi melalui proses refleksi dan resolusi konflik.
 
 
 
8
 
Implikasi prinsip-prinsip belajar tersebut dalam proses pembelajaran diantaranya bahwa mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pembelajar kepada pebelajar, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan pembelajar membangun sendiri pengetahuannya sendiri, mengajar berarti berpartisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Dasar pemikiran seperti ini menjadikan teori konstruktivistik sebagai landasan teori-teori belajar yang pernah ada, seperti teoru perubahan konsep, teori belajar bermakna dan teori skema. Dari penjelasan ini tergambar bahwa konstruktivisme merupakan teori yang berlandaskan pada pembelajaran siswa dalam membentuk pengetahuannya sendiri dan guru sebagai mediator dan fasilitator yang relevan.
Oleh karena itu, paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuam awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Untuk itu, guru dituntut untuk memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemampuannya
Karakteristik belajar dengan pendekatan konstruktivisme menurut Slavin (1997) ada  4 yaitu:
1.         Proses Top-Down, yang berarti bahwa siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru) ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan. Sebagai contoh siswa dapat diminta untuk menuliskan suatu susunan kalimat, dan baru kemudian belajar tentang mengeja, tata bahasa, dan tanda baca.
2.         Pembelajaran kooperatif yaitu siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temanya.
3.         Generative learning (pembelajaran generatif) yaitu belajar itu ditemukan meskipun apabila kita menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka harus melakukan operasi mental dengan informasi itu untuk membuat informasi masuk kedalam pemahaman mereka.
4.         Pembelajaran dengan penemuan yaitu, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang mmungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
 
 
 
9
 
CIRI-CIRI PEMBELAJARAN SECARA KONSTUKTIVISME
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah
  1. Memberi peluang kepada murid untuk mendapatkan pengetahuan baru melalui proses terlibat secara langsung
  2. Menggunakan idea yang dimiliki setiap siswa untuk bisa mengembangkan dirinya sendiri
  3. Pembelajaran dilakukan sesuai dengan minat siswa
  4. Idea siwa merupakan proses belajar siswa untuk mencapai tujuan
  5. Mengembangkan potensi dan kreatifitas siswa
  6. Dalam proses pembelajaran siwa berinteraksi aktif dengan guru
  7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang penting sehingga sesuai dengan hasil pembelajaran.
  8. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI KONSTRUTIVISME
1. Kelebihan
a.        Menjadikan siswa berfikir tentang pengetahuan baru, bias menyeesaikan masalah, dan bias berfikir dan membuat keputusan
b.      Menjadikan siswa paham dengan materi yang disampaikan
c.       Siswa mempunyai nilai tambah yang lebih yaitu bisa mengingat materi yang disampaikan karena siswa sendiri yang aktif
d.      Meletih untuk berinteraksi social seperti dengan teman kelompok,  dan guru
e.       Karena siswa terlibat secara terus, mereka akan paham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan lingkungannya, maka mereka akan berasa meningkatkan belajar untuk membina pengetahuan baru.
2. Kelemahan                     
Kekurangan atau kelemahan dalam suatu penerapan metode pembelajaran tergantung pada guru sebagai pelaksana metode. Pada metode kontruktivisme guru berperan hanya sebagai pendukung bukan sebagai hal utama. Fokus konstruktivisme hanya ketika proses pembelajaran itu terjadi.
 
 
10
 

A.     Langkah-langkah Konstruktivisme
Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan dari aspek-aspek siswa, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.
1.                 Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi rosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas.
2.                 Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.
3.                 Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sebdiri.
4.                 Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
5.                 Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
 
BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Ø  Memberikan keaktifan terhadap seseorang untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Ø  Ada empat prinsip dasar konstruktivisme dalam pembelajaran :
a.             Pengetahuan terdiri atas konstruksi masa silam
b.            Pengkonstruksian pengetahuan terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi.
c.             Belajar merupakan suatu proses organic penemuan lebih dari proses mekanik yang akumulatif.
d.            Mengacu pada mekanisme yang memungkinkan terjadinya perkembangan struktur kognitif. Belajar bermakna, akan terjadi melalui proses refleksi dan resolusi konflik.
Ø  dalam menerapkan metode konstruktivisme ada 7 langkah
B.      Saran
Ø  Dalam dunia pendidikan proses lebih diutamakan dari pada hasil walaupun nantinya kita akan menuju puncak dari suatu hasil.
Ø  Seharusnya model pembelajaran konstruktivisme diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia supaya dapat meningkatkan mutu pendidikan agar lebih baik.
 
11
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Drost S.J.J. 2006. Dari KBK (Kurikulum Bertujuan Kompetensi) sampai MBS (Manajemen Berbasis Sekolah): Esai-esai Pendidikan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Halaman 3-8.
Glasersfeld, Von. 1988. Cognition, Construction of Knowledge, and Teaching. Washington DC : National Science Foundation.
Grupta, A. 2008. Construction and Peer Collaboration in Elementary Mathematics Education: The Connection to Estimology. Eurasia Journal of Mathematics, vol 4, no.4,381-386.
Mujis dan Reynold. 2008. Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Piaget, J.1973. The Child and Reality (W.Mays, Trans). London : Routledge dan Kegan Paul.
Slavin, R.E. 1994. Education Psychology: Theory and Practice (4 th Edition). Boston:Allyn and Bacon.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Wadsworth, Piaget’s.1989. Theory of Cognitive and Affective Development (4 th.) New York : Logman.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : Bigraf   Publishing.
 
 
12  

3 komentar:

  1. Izin ya..mau copy juga . Atur nuhun

    BalasHapus
  2. 1xbet korean | Sportsbet | Sportsbet | LvBets.co.kr
    Sportsbet is a sports betting platform. The site is licensed and licensed by LvBets, and therefore it 1xbet скачать 2020 has the same functions as many others.

    BalasHapus