MAKALAH
INOVASI
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dosen
Pengampu : Muhammad Prayito
Disusun Oleh :
Kelompok
1
1. Bangkit
Pambudi 11310055
2. Anisa
Amalia 11310083
3. Nita
Apriliyani 11310089
3B
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta hidayahnya , sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang model pembelajaran konstruktivisme.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, diharapkan agar pembaca menberi saran dan kritik
yang membangun demi perbaikan pada penyusunan makalah yang berikutnya. Dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun
kepada para pembaca.
Semarang, 20
September 2012
ii
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................ ii
Daftar Isi .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah ............................................................ 2
C.
Tujuan
Masalah ................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
dan Definisi Konstruktivisme .................... 3
B.
Prinsip
dan Karakteristik Konstruktivisme ........................ 5
C.
Langkah
– Langkah Konstruktivisme ............................... 10
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
.......................................................................... 11
B.
Saran
................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA
iii
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada abad ke XXI ini dunia terus mengalami perubahan terus menerus.
Perubahan terus menerus terjadi untuk membentuk dunia ke arah yang lebih baik.
Perubahan sangat dibutuhkan sekali. Semua yang ada didunia ini saling memiliki
keterkaitan sehingga karena perubahan kecil dapat memberikan pengaruh yang
besar bagi hal lain. Tidak heran ada pepetah mengatakan “Sedikit perubahan
dapat memberikan pengaruh yang besar”. Pesatnya perkembangan zaman sampai
sekarang terjadi karena setiap hari, setiap jam, sertiap detik terjadi berbagai perubahan. Perubahan yang
terjadi dalam berbagai bidang menyebabkan dunia ini sangat bervariasi dan
terdapat hal-hal yang menarik untuk diketahui. Berbaggia bidaai bidang yang
mengalaimi perkembangan misalnya, bidang IPTEK, Bidang Penelitian, Bidang
Kepemerintahan, Bidang Pendidikan dan berbagai bidang-bidang lainya.
Adanya
berbagai perubahan ini bermuara pada suatu hal yaitu pada bidang Pendidikan.
Bidang Pendidikn merupakan faktor mendasar dalam berbagai hal, tidak terkecuali
pada perubahan yang terjadi di dunia ini. Terlihat sepele memang tapi semua
bidang tidak akan menngalami perubahan
jika pada bidang Pendidikan sebagai hal yang paling mendasar dan paling pokok
tidak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi dalam Bidang Pendidikan
sangat beraneka ragam sekali. Misal, Perubahan peningkatan kualitas guru
sebagai tenaga pendidik, Perubahan Sistem Pengelolahan Administrasi Pendidikan,
Perubahan pada bidang Kurikulum. Kurikulum merupakan pokok terselenggaranya
Pendidikan di Indonesia. Perubahan Kurikulum terjadi seiring dengan Tuntutan
perkembangan zaman. Dalam Kurikulum sendiri terkandung berbagai hal yang terus
mengalami inovasi yaitu Sistem Pengajaran atau Metode Pembelajaran. Dalam
Makalah ini akan dibahas secara lebih spesifik mengenai Metode Pembelajaran dalam
dunia Pendidikan.
1
2
A. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Perkembangan dan definisi Konstruktivisme?
2.
Prinsip
dan Karakteristik konstruktivisme?
3.
Bagaimana
proses dalam penerapan Konstruktivisme?
B. Tujuan
Masalah
1.
Untuk
mengetahui Perkembangan dan definisi Konstruktivisme
2.
Untuk
mengetahui Prinsip dan karakteristik Konstruktivisme
Sebagai langkah
menerapkan sistem konstruktivisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
dan Definisi Konstruktivisme
Pendidikan berasal dari bahasa
Yunani yaitu pedagogus (paedagogia), dan
dalam bahasa Latin paedogogus yang
berasal dari kata paedos yaitu
berarti anak dan agoge yang berarti saya
membimbing atau memimpin. Dari paedagogues,
pedagoga, paedagogogus kemudian muncul istilah pedagog yang berarti pendidikan.
Pedagog yang berarti mendidik, pedagogia yang berati yang
berarti perbutan mendidik, dan paedagogiek yang berarti ilmu pendidikan.
Pendidikan
dalam bahasa Inggris adalah pedagog yaitu the study of educational goals and proceses
(study tentang tujuan dan proses pendidikan).
Mendidik dalam bahasa Latin educare
yang berasal dari kata e-ducare yang
artinya menggiring keluar, yang
dimaksud disini adalah permuliaan manusia (Drost 2000: 1).
Dari asal kata yang terkait dengan pendidikan diatas
dapat dikelompokan ke dalam dua kategori (Komar, 2006: 45), yaitu: konsep pedagogic yang memiliki arti cara
untuk mempengaruhi anak agar mencapai tingkat kedewasaan yaitu melalui
pendidikan informal dan yang kedua adalah konsep
education yang berarti cara memperoleh pengetahuan disekolah yaitu dengan
pendidikan formal seperti pengajaran. Pendidikan fungsionalis menurut
Poerbakawatja dan Harahap (1982: 115) adalah suatu usaha untuk menentukan
struktur dari pendidikan atas dasar fungsi-fungsi hidup dimasa sekarang dan masa depan. Dalam
UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan selama ini terus mengalami pembaharuan untuk
menciptakan berbagai metode yang berguna bagi perkembangan zaman untuk memenuhi
tuntutan manusia yang semakin hari semakin bermacam dengan berbagai tipe.
Tingkat kebutuhan ini menjadikan masyarakat melakukan perubahan kearah yang
lebih baik. Pada bidang Pendidikan sendiri mengandung berbagai bidang yang
terus mengalami kemajuan, misalnya dalam bidang Pendidikan mengandung
Kurikulum yang terus berganti mengikuti
tuntutan perkembangan zaman sehingga sistem Pendidikan mengalami Kemajuan,
bidang lain misalnya Kualitas seorang Pengajar. Kurikulum yang berlaku sekarang
ini merupakan bentuk terbaru dari pengembangan kurikulum Berbasis Kompetensi
yang menekankan pada guru untuk semakin gencar berupaya menggairahkam kembali
dunia Pendidikan khususnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Berbagai
penelitian diadakan untuk memajukan dunia Pendidikan. Dalam Penelitian itu
digunakan berbagai metode pendekatan misalnya metode Konstruktivisme.
3
4
Paradigama baru lebih menekankan pada peserta didik
sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus
aktif dalam mencari dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas
pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah peranannya, tidak lagi
sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi
fasilitator yang membimbing siswa kearah pembentukan pengetahuan oleh diri
mereka sendiri (Zamroni: 2000).
Piaget (1973) dengan Teori Konstrktivismenya menyatakan
bahwa setiap individu menciptakan makna dan pengertian baru, berdasarkan
interkasi antara apa yang telah dimiliki, diketahui,dan dipercayai dengan
fenomena, pendapat, atau informasi baru yang dipelajari. Menurutnya, setiap
peserta didik membawa pengertian dan pengetahuan awal yang sudah dimiliki
kedalam proses belajar yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbarui,
direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang dijumpai dalam proses belajar.
Secara umum konstrktivisme yaitu mendorong kolaborasi, kegiatan pendahuluan dan
eksplorasi, dan menekankan pemecahan masalah otentik (Gupta, 2008).
Menurut Glasersfeld (1987) konstruktivisme sebagai ‘teori
pengetahuan dengan akar dalam “filosofi, psychology, dan cybernetics”. Von
Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi
Pengetahuan. Ia melihat Pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktif
menerima apapun melalui pemikiran sehat atau melalui komunikasi. Hal ini secara
aktif terutama membangun pengetahuan. Sedangkan menurut Murpy(1997: 7) kontruktivisme
terdiri dari suatu jaringan sesuatu hal dan berhubungan bahwa kita hidup
bersandar pada hidup kita, and yang lain pun sama terhadapnya, kita percaya,
orang lain juga bersandar juga. Dalam hal ini siswa menginterpretasikan dan
membangun suatu kenytaan berdasarkan pada interaksi dan pengalamannya dengan
lingkungannya.
Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan
keaktifan terhadap seseorang untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya sendiri.
Adapun tujuan dari teori ini adalah:
a.
Adanya motivasi
untuk seseorang bahwa belajar adalah tanggung jawab seseorang itu sendiri.
b.
Mengembangkan
kemampuan seseorang untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyaannya.
c.
Membantu seseorang untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap.
d.
Mengembangkan kemampuan seseorang untuk menjadi
pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana
belajar itu.
5
A.
Prinsip dan Karakteristik
Konstruktivisme
Belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan melalui
keterlibatan fisik dan mental seseorang secara aktif, dan juga merupakan proses
asimilasi dan menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-pengalaman
yang dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya mengenai objek tertentu menjadi
lebih kokoh. Semua pelajar benar-benar mengkonstruksikan pengetahuan untuk
dirinya sendiri, dan bukan pengetahuan yang datang dari guru “diserap oleh
murid. Ini berarti bahwa setiap murid akan mempelajari sesuatu yang sedikit
berbeda dengan pelajaran yang diberikan (Muijs dan Reynolds, 2008:97).
Selanjutnya Muijs dan Reynolds (2008:97) mengemukakan bahwa murid adalah konstruktor
pengetahuan aktif yang memiliki sejumlah konsekuensi yaitu :
1.
Belajar
selalu merupakan sebuah proses aktif.
Pelajar secara
aktif mengkonstrusikan belajarnya daru berbagai macam input yang diterimanya.
Ini menyiratkan bahwa belajar harus bersikap aktif agar dapat belajar secara
efektif. belajar adalah tentang membantu murid untuk mengkonstruksikan makna
mereka sendiri, bukan tentang “mendapatkan jawaban yang benar” karena dengan
cara seperti ini murid dilatih untuk mendapatkan jawaban yang benar tanpa
benar-benar memahami konsepnya.
2.
Anak-anak
belajar paling baik dengan menyelesaikan berbagai konflik kognitif (konflik
dengan berbagai ide dan prakonsepsi lain) melalui pengalaman, refleksi dan
metakognisi (Beyer, 1985)
3.
Bagi
konstruktivis, belajar adalah pencarian makna. murid secara aktif berusaha
mengkonstruksikan makna. Dengan demikian, guru mestinya berusaha mengkonstruksi
berbagai kegiatan belajar di seputar ide-ide besar eksplorasi yang memungkinkan
murid untuk mengkonstruksi makna
4.
Konstruksi
pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata. Belajar juga
dikonstruksikan secara sosial, melalui interaksi dengan teman sebaya, guru,
orang tua, dan sebagainya. Dengan demikian yang terbaik adalah mengkonstruksikan
siatuasi belajar secara sosial, dengan mendorong kerja dan diskusi kelompok
5.
Elemen
lain yang berakar pada fakta bahwa murid secara individual dan kolektif
mengkonstruksikan pengetahuan. Agar efektif guru harus memiliki pengetahuan
yang baik tentang perkembangan anak dan teori belajar, sehinggga mereka dapat
menilai secara akurat belajar seperti apa yang dapat terjadi
6.
Belajar
selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak mempelajari fakta-fakta secara abstrak,
tetapi sealalu dalam hubungannya dengan apa yang telah kita ketahui.
6
1.
Belajar secara betul-betul mendalam
berarti mengkonstruksikan pengetahuan secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi
dan menengok kembali materi yang kita pelajari dan bukan dengan cepat pindah
satu topik ke topik lain. Murid hanya dapat mengkonstruksikan makna bila mereka
dapat melihat keseluruhannya, bukan hanya bagian-bagiannya
2.
Mengajar
adalah tentang memberdayakan pelajar, dan memungkinkan pelajar untuk
menemukakan dan melakukan refleksi terhadap pengalaman-pengelaman realistis.
Ini akan menghasilkan pembelajaran yang otentik/asli dan pemahaman yang lebih
dalam dibandingkan dengan memorisasi permukaan yang sering menjadi ciri
pendekatan-pendekatan mengajar lainnya (Von Glaserfelt, 1989). Ini juga membuat
kaum konstruktivis percaya bahwa lebih baik menggunakan bahan-bahan hands-on
daripada tekxbook
Suparno (1997) mengidentifikasi 3 prinsip kontruktivisme dalam belajar
yakni sebagai berikut:
a.
pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial,
b.
pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari pengajar kepada pebelajar, kecuali dengan
keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar,
c.
pengajar
sekedar membantu pebelajar dengan menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi pebelajar berlangsung secara efektif dan efisien.
Sedangkan Jacqueline
Grennon Brooks dan Martin G. Brooks dalam The case for constructivist
classrooms. (1993) menawarkan lima prinsip kunci konstruktivist teori belajar.
Menurutnya terdapat lima panduan prinsip konstruktivisme:
Prinsip
1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan siswa.
Dalam banyak contoh, masalah style Anda
mengajar mungkin akan menjadi relevan dengan selera untuk para siswa, dan
mereka akan mendekatinya, merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka.
Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep
utama
Mendorong para
siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang menyeluruh/utuh ke dalam
bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari mulai dengan bagian-bagian dahulu
untuk membangun kemudian sesuatu yang "menyeluruh/utuh."
7
Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan
siswa sebagai jendela memberi alasan mereka.
Tantangan gagasan dan pencarian
elaborasi yang tepat ditangkap siswa, sering mengancam banyak siswa. Maksudnya
adalah bahwa sering para siswa di dalam kelas yang secara tradisional mereka
tidak bisa menduga serta menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban
yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas
yang diadakan. Mereka harus betul-betul "masuk" dan ”sibuk” ikut
mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan melalui
petanyaan-peranyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan.
Prinsip
4. Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan siswa.
Memperkenalkan topik kajian pengembangan
dengan tepat atau sesuai, adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami
pengembangan konsep berikutnya
Prinsip
5; Nilai hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.
Geser atau ubah peniaian itu harus
benar-benar sedang menilai apa yang benar-benar sedang terjadi saat penilaian
itu. Berlangsung, dan jangan sekali-kai menilai itu dalam kebiasaan skor yang
diperoleh seseorang dari waktu ke waktu. Ekspresi Anda bisa bervariasi,
kadang-kadang optimis, periang, namun sesekali bisa pesimis, sedih, maupun
marah. Namun peru diingat marahnya seorang guru dalam kerangka sedang mendidik,
dalam konteks pembelajaran, bukan marah mengekspresikan kekesalan.
Ketiga prinsip di atas
menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses
pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui
lingkungannya. Dalam hal ini, Funston (1996) lebih spesifik mengatakan bahwa
seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada
apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu
materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi
proses belajar tersebut.
Berdasarkan uraian
diatas maka secara umum ada empat
prinsip dasar konstruktivisme dalam pembelajaran :
1.
Pengetahuan
terdiri atas konstruksi masa silam
2.
Pengkonstruksian
pengetahuan terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi.
3.
Belajar
merupakan suatu proses organic penemuan lebih dari proses mekanik yang
akumulatif.
4.
Mengacu
pada mekanisme yang memungkinkan terjadinya perkembangan struktur kognitif.
Belajar bermakna, akan terjadi melalui proses refleksi dan resolusi konflik.
8
Implikasi prinsip-prinsip belajar tersebut dalam proses
pembelajaran diantaranya bahwa mengajar bukanlah kegiatan memindahkan
pengetahuan dari pembelajar kepada pebelajar, melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan pembelajar membangun sendiri pengetahuannya sendiri, mengajar
berarti berpartisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat
makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Dasar
pemikiran seperti ini menjadikan teori konstruktivistik sebagai landasan
teori-teori belajar yang pernah ada, seperti teoru perubahan konsep, teori
belajar bermakna dan teori skema. Dari penjelasan ini tergambar bahwa
konstruktivisme merupakan teori yang berlandaskan pada pembelajaran siswa dalam
membentuk pengetahuannya sendiri dan guru sebagai mediator dan fasilitator yang
relevan.
Oleh karena itu, paradigma konstruktivistik memandang
siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari
sesuatu. Kemampuam awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Untuk itu, guru dituntut untuk memahami jalan pikiran
atau cara pandang siswa dalam belajar. guru tidak dapat mengklaim bahwa
satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemampuannya
Karakteristik belajar dengan
pendekatan konstruktivisme menurut Slavin (1997) ada 4 yaitu:
1.
Proses
Top-Down, yang berarti bahwa siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks
untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan (dengan bantuan
guru) ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan. Sebagai contoh siswa dapat
diminta untuk menuliskan suatu susunan kalimat, dan baru kemudian belajar
tentang mengeja, tata bahasa, dan tanda baca.
2.
Pembelajaran
kooperatif yaitu siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep
yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temanya.
3.
Generative
learning (pembelajaran generatif) yaitu belajar itu ditemukan meskipun apabila
kita menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka harus melakukan operasi mental
dengan informasi itu untuk membuat informasi masuk kedalam pemahaman mereka.
4.
Pembelajaran
dengan penemuan yaitu, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan
guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
mmungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
9
CIRI-CIRI PEMBELAJARAN SECARA KONSTUKTIVISME
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah
- Memberi peluang kepada murid untuk mendapatkan pengetahuan baru melalui proses terlibat secara langsung
- Menggunakan idea yang dimiliki setiap siswa untuk bisa mengembangkan dirinya sendiri
- Pembelajaran dilakukan sesuai dengan minat siswa
- Idea siwa merupakan proses belajar siswa untuk mencapai tujuan
- Mengembangkan potensi dan kreatifitas siswa
- Dalam proses pembelajaran siwa berinteraksi aktif dengan guru
- Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang penting sehingga sesuai dengan hasil pembelajaran.
- Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN TEORI KONSTRUTIVISME
1. Kelebihan
a.
Menjadikan siswa berfikir tentang pengetahuan
baru, bias menyeesaikan masalah, dan bias berfikir dan membuat keputusan
b.
Menjadikan siswa paham dengan
materi yang disampaikan
c.
Siswa mempunyai nilai tambah
yang lebih yaitu bisa mengingat materi yang disampaikan karena siswa sendiri
yang aktif
d.
Meletih untuk berinteraksi
social seperti dengan teman kelompok,
dan guru
e.
Karena siswa terlibat secara
terus, mereka akan paham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan lingkungannya,
maka mereka akan berasa meningkatkan belajar untuk membina pengetahuan baru.
2. Kelemahan
Kekurangan atau kelemahan dalam
suatu penerapan metode pembelajaran tergantung pada guru sebagai pelaksana
metode. Pada metode kontruktivisme guru berperan hanya sebagai pendukung bukan
sebagai hal utama. Fokus konstruktivisme hanya ketika proses pembelajaran itu
terjadi.
10
A.
Langkah-langkah
Konstruktivisme
Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik
dan dari aspek-aspek siswa, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.
1.
Proses belajar kontruktivistik
secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan
sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri
siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara
pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari
segi rosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-fakta yang
terlepas-lepas.
2.
Peranan siswa. Menurut pandangan
ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini
harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif
berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata
lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang
akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar siswa itu sendiri.
3.
Peranan guru. Dalam pendekatan
ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian
pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan
yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya
sebdiri.
4.
Sarana belajar. Pendekatan ini
menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa
dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan,
media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu
pembentukan tersebut.
5.
Evaluasi. Pandangan ini
mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai
pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta
aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Ø Memberikan
keaktifan terhadap seseorang untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya sendiri.
Ø
Ada
empat prinsip dasar konstruktivisme dalam pembelajaran :
a.
Pengetahuan
terdiri atas konstruksi masa silam
b.
Pengkonstruksian
pengetahuan terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi.
c.
Belajar
merupakan suatu proses organic penemuan lebih dari proses mekanik yang akumulatif.
d.
Mengacu
pada mekanisme yang memungkinkan terjadinya perkembangan struktur kognitif.
Belajar bermakna, akan terjadi melalui proses refleksi dan resolusi konflik.
Ø
dalam
menerapkan metode konstruktivisme ada 7 langkah
B. Saran
Ø Dalam
dunia pendidikan proses lebih diutamakan dari pada hasil walaupun nantinya kita
akan menuju puncak dari suatu hasil.
Ø Seharusnya
model pembelajaran konstruktivisme diterapkan dalam dunia pendidikan di
Indonesia supaya dapat meningkatkan mutu pendidikan agar lebih baik.
11
DAFTAR
PUSTAKA
Drost
S.J.J. 2006. Dari KBK (Kurikulum Bertujuan Kompetensi) sampai MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah): Esai-esai Pendidikan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.
Halaman 3-8.
Glasersfeld,
Von. 1988. Cognition, Construction of Knowledge, and Teaching. Washington DC :
National Science Foundation.
Grupta,
A. 2008. Construction and Peer Collaboration in Elementary Mathematics
Education: The Connection to Estimology. Eurasia Journal of Mathematics, vol 4,
no.4,381-386.
Mujis
dan Reynold. 2008. Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Piaget,
J.1973. The Child and Reality (W.Mays, Trans). London : Routledge dan Kegan
Paul.
Slavin,
R.E. 1994. Education Psychology: Theory and Practice (4 th Edition).
Boston:Allyn and Bacon.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Wadsworth,
Piaget’s.1989. Theory of Cognitive and Affective Development (4 th.) New York :
Logman.
Zamroni.
2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : Bigraf Publishing.
12
saya mau copy nih, izin ya ^^
BalasHapusIzin ya..mau copy juga . Atur nuhun
BalasHapus1xbet korean | Sportsbet | Sportsbet | LvBets.co.kr
BalasHapusSportsbet is a sports betting platform. The site is licensed and licensed by LvBets, and therefore it 1xbet скачать 2020 has the same functions as many others.